Projek Branding: “Shirataki Bowl”

Brand “Shirataki Bowl” Oleh Nadia Zahara, Mahasiswi Master of Strategic Marketing Communication Program Studi Magister Ilmu Komunikasi-BINUS Graduate Program, Dosen Pembina: Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M. Si. & Tim Pengajar

Latar Belakang

Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kesadaran manusia akan pola hidup sehat mengalami dinamika khususnya selama pandemi Covid-19. Di satu sisi, kesadaran akan pola hidup sehat meningkat, keterbatasan mobilitas dan aktivitas mengalihkan sebagian masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga dengan berlari dan bersepeda. Selain melakukan aktivitas olahraga, masyarakat juga mulai sadar akan pola makan sehat yang menekankan pemenuhan gizi seimbang. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga imun tubuh selama pandemi terjadi. Di sisi lain, pandemi juga membuat sebagian orang tidak beraktivitas sehingga menimbulkan permasalahan kesehatan lainnya seperti obesitas. Obesitas disebabkan oleh asupan kalori yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan kalori harian, seperti terlalu banyak mengkonsumsi minuman manis dan camilan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik. Padahal menjaga pola hidup sehat khususnya pola makan sehat berperan penting dalam menjaga imun tubuh. Menurut situs kesehatan, Alodokter yang merupakan mitra resmi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia(2021), pola makan sehat meliputi pertama, penambahan asupan protein yang berguna untuk membentuk otot, kulit, hormon dan menjaga berat badan ideal. Beberapa sumber protein, antara lain, daging tanpa lemak, telur, kacang-kacangan, ikan, susu. Kedua, konsumsi lemak sehat yang meliputi lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda (asam lemak Omega-3) yang umumnya terdapat pada minyak sayur, kacang-kacangan, tahu, dan kacang kedelai. Ketiga, konsumsi karbohidrat kompleks seperti yang terkandung pada pasta, roti, apel, dan kacang-kacangan. Unsur terakhir yang tidak kalah penting adalah serat. Serat baik untuk memelihara kesehatan pencernaan, menjaga berat badan, menurunkan kadar gula dalam darah dan mencegah konstipasi. Serat umumnya dapat ditemui pada sayur-sayuran dan buah-buahan.

Untuk menjawab kebutuhan akan makanan sehat, di Indonesia, khususnya di Jakarta dan beberapa kota lainnya, kini banyak bisnis makanan sehat mulai tumbuh dan berkembang. Bisnis makanan tersebut dapat ditemui baik secara online maupun offline. Variasi makanan yang ditawarkan juga cukup beragam dan umumnya memberikan penekanan bahwa makanan sehat memiliki rasa yang tidak kalah enak dengan makanan pada umumnya. Yang dikategorikan sebagai makanan sehat adalah makanan yang menggunakan bahan-bahan dengan kandungan nutrisi seimbang, makanan yang proses pengolahannya tidak merusak kandungan nutrisi di dalamnya seperti dikukus, direbus, dipanggang, dibakar dan digoreng dengan sedikit minyak, serta makanan yang tidak menggunakan bahan-bahan tambahan lainnya seperti penguat rasa, pengawet dan lain-lain. Beberapa contoh makanan yang umumnya ditawarkan oleh bisnis makanan sehat adalah salad (sayur dan buah), biji-bijian, smoothies, olahan shirataki, dan lain-lain. Sayangnya, masakan sehat seringkali mendapat stigma bahwa masakan sehat yang kaya akan nutrisi memiliki rasa yang kurang enak dan harga yang cukup mahal. Padahal keduanya merupakan atribut yang memiliki peran penting dalam usaha makanan. Tentu saja, hal ini bisa membuat konsumen atau calon konsumen untuk berpikir ulang mengkonsumsi makanan sehat.

Tujuan Project

Tulisan ini hendak mengajukan perencanaan merek yang hendak menawarkan makanan sehat siap saja yang terjangkau, khususnya di sekitar area Bintaro, Tangerang Selatan dan sebagian Jakarta.

 Object Branding / Project

Elemen Merek

Logo Shirataki Bowl Elemen-elemen merek yang terdapat dalam merek “Shirataki Bowl”, antara lain: 1. Nama Merek Nama Merek yang digunakan adalah Shirataki Bowl. Shirataki (しらたき) merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Jepang yang artinya air terjun putih. Selain itu, kata shirataki juga berarti makanan yang terbuat dari konyaku yang berwarna putih bening, kenyal dan lembut. Kata shirataki sendiri digunakan dalam nama merek supaya memudahkan konsumen untuk mengenal dan mengidentifikasi bahwa produk utama yang ditawarkan oleh pemilik usaha adalah olahan shirataki. Sementara kata “bowl” yang artinya mangkuk menunjukkan tempat sajian makanan yang praktis sesuai dengan gaya hidup masa kini.

Logo dan Simbol

Logo yang digunakan adalah mangkok berwarna ungu berisi lauk telur dan nasi. Nasi yang berwarna putih menunjukkan warna putih shirataki, sementara telur menunjukkan salah satu menu pendamping. Warna kuning dipilih karena menunjukkan energi dan keceriaan. Selain itu, warna kuning merupakan warna cerah yang dapat menarik perhatian dan mudah dikenali. Sementara, warna ungu merupakan kombinasi antara warna merah dan biru 18 yang memiliki arti kreativitas dan imajinasi yang akan diwujudkan melalui variasi menu makanan dan minuman sehat yang ditawarkan oleh Shirataki Bowl. 3. Slogan “Shirataki Bowl” adalah light on your tummy yang menunjukkan karakter shirataki yang rendah kalori dan sesuai dengan pola makan sehat. 4. Kemasan Sesuai dengan nama merk, yaitu “Shirataki Bowl”, merek ini menggunakan bowl untuk menyajikan produknya. Kemasan yang digunakan adalah paper bowl starpack, yaitu bahan kertas bersertifikasi internasional yang aman bagi makanan (food safe), microwave safe (maksimal 1 menit), dan anti bocor (leak proof). Selain itu, bahan kertas juga ramah terhadap lingkungan. Warna kemasan yang dipilih adalah putih yang menunjukkan arti kata shirataki yaitu air terjun yang putih disertai dengan tutup transparan. Sebagai brand identity, kemasan diberi stiker bertuliskan shirataki bowl yang dilengkapi dengan nama akun Instagram, nomor WhatsApp, dan informasi bahwa produk dapat ditemukan di Gojek dan GrabFood.

Kegiatan Pemasaran

Mengingat Shirataki Bowl merupakan pendatang baru dalam bisnis makanan sehat siap saji maka komunikasi pemasaran yang dilakukan menekankan pada pengenalan merek, menciptakan kesadaran merek, Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Shirataki Bowl adalah 1. Standing Banner. Mendesain standing banner yang memuat nama merek, gambar, keunggulan, dan lokasi gerai Shirataki Bowl serta memuat logo media sosial dan layanan pengiriman untuk memberikan informasi kepada calon konsumen. Banner ini dapat diletakkan di pintu masuk Fresh Market. 2. Media Sosial. Melalui media sosial, Shirataki Bowl dapat memperkenalkan merek melalui teks (caption), foto-foto, video pada calon-calon konsumen. Foto-foto yang ditampilkan memuat menu olahan shirataki dengan tampilan yang menggugah selera. Tidak dapat dipungkiri bahwa kini media sosial memainkan peran penting dalam membangun merek. Media sosial yang digunakan untuk memasarkan Shirataki Bowl adalah Instagram dan Facebook. Konten-konten yang ditayangkan pada media sosial memuat kegiatan edukasi, informasi, dan promosi, antara lain, konten mengenai pentingnya menjaga pola makan sehat (contoh: rendah lemak, tinggi serat), promosi variasi menu-menu berikut dengan kandungan jumlah kalori yang terkandung dalam setiap menu. Selain itu, melalui media sosial juga dapat digunakan untuk membangun relasi dengan calon-calon konsumen dan melakukan dokumentasi ulasan yang diberikan oleh konsumen setelah mengkonsumsi shirataki, yang sekaligus menjadi e-WOM (e-word of mouth). 3. Online Delivery. Mendaftarkan Shirataki Bowl sebagai mitra pada layanan pesan antar online di aplikasi Gojek dan Grab. Kedua aplikasi ini dipilih sebab layanan pesan antar online sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Dari sisi pemilik usaha, aplikasi ini membantu untuk mengenalkan merek sekaligus menjangkau pasar.

Giveaway Cara ini cukup popular di kalangan pelaku usaha yang menggunakan media sosial untuk meningkatkan brand awareness dan hubungan dengan konsumen, serta memperluas jangkauan pasar.4. Bazaar Makanan dan Samples Untuk menciptakan kesadaran merek, Shirataki bowl ikut serta dalam bazaar makanan yang biasa dilakukan setiap akhir pekan di Fresh Market, Bintaro. Bazaar tersebut biasanya menawarkan berbagai pilihan makanan siap saji. Pemilik merek juga dapat memberikan flyer yang memuat daftar menu dan nomor kontak pemesanan. Apabila dimungkinkan pemilik usaha juga dapat membagikan sampel atau contoh makanan seperti nasi goreng sambil memberikan edukasi mengenai shirataki. Bekerjasama dengan studio kesehatan setempat Menimbang masyarakat Bintaro, Tangerang Selatan memiliki antusiasme terhadap kesehatan seperti yang terlihat pada usaha makanan sehat siap saji dan pusat-pusat kebugaran yang terus berkembang, komunitas-komunitas olah raga (sepeda dan lari) maka Shirataki Bowl juga berencana 21 bekerjasama dengan komunitas-komunitas dan pusat-pusat kebugaran tersebut. Sebagai perkenalan, Shirataki Bowl memberikan kode diskon bagi anggota komunitas atau pusat kesehatan yang dapat ditunjukkan atau diinput ketika bertransaksi baik secara langsung di stan (gerai) atau melalui jasa pesanantar online.

Kesimpulan

Meningkatkan kesadaran akan pola hidup sehat termasuk pola makan sehat menjadi peluang bagi pemilik usaha makanan sehat. Sejak beberapa tahun terakhir berbagai gerai makanan sehat mulai bermunculan baik di pusat-pusat perbelanjaan, ruko, pasar, dan sebagainya. Menu-menu yang ditawarkan pun cukup menarik dan menggugah selera untuk merubah stigma bahwa makanan sehat juga bisa terasa enak dan mengenyangkan, seperti salad, wrap, smoothies, nasi merah, nasi cokelat, dan shirataki. Sayangnya, makanan yang ditawarkan cukup tinggi. Berdasarkan analisis kompetisi gerai makanan sehat khususnya di Bintaro, penulis menemukan bahwa gerai makanan sehat yang secara khusus menawarkan kreasi olahan makanan sehat berbahan dasar shirataki. Shirataki merupakan olahan umbi porang yang kaya akan serat, rendah kalori, berwarna putih dan bertekstur kenyal. Shirataki banyak memiliki manfaat kesehatan, seperti, rendah kalori dan karbohidrat, dapat mengurangi resiko penyakit jantung, menjaga kadar gula dalam darah, dan sebagainya. Dengan pertimbangan di atas, Shirataki Bowl hadir untuk menyajikan makanan sehat berbahan dasar utama shirataki. Nama Shirataki Bowl dipilih untuk memudahkan calon konsumen mengidentifikasi menu utama yang ditawarkan sekaligus memberikan edukasi mengenai shirataki. Beberapa menu yang ditawarkan antara lain, nasi goreng ijo shirataki, nasi shirataki cabe ijo, mie goreng shirataki dan ayam teriyaki, dan lain-lain. Adapun kemasan yang dipilih adalah kemasan berbahan kertas yang aman bagi makanan dan lingkungan. Melalui analisis SWOT untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan atau peluang, dan ancaman, penulis menemukan bahwa Shirataki Bowl sebagai merek baru harus melakukan beberapa kegiatan pemasaran untuk memperkenalkan merek. Menu yang menarik, harga yang terjangkau akan sia-sia bila tidak dilakukan kegiatan pemasaran yang menarik dan sesuai dengan target pasar. Menimbang target pasar Shirataki Bowl adalah pria dan wanita dewasa yang tertarik, akan dan sedang melakukan pola makan sehat maka Shirataki Bowl 27 menggunakan beberapa marketing tool, antara lain, banner, media sosial, dan jasa layanan antar. Media sosial dipiliha sebagai salah satu alat pemasaran karena biaya yang dikeluarkan relatif rendah. Konten-konten di media sosial mengutaman konten promosi, edukasi, dan informasi seputar manfaat shirataki, menu-menu, ulasan rasa dari konsumen, dan kegiatan promosi lainnya.

Daftar Referensi

Lodokter. (2021). Pola Makan yang Dianjurkan Ahli Gizi. Diakses dari https://www.alodokter.com/perhatikan-anjuran-makanan-dari-ahli-giziberikut diakses 5 Juli 2021.

Anker, T. B., Sandøe, P., Kamin, T., & Kappel, K. (2011). Health branding ethics. Journal of Business Ethics, 104(1), 33-45. AMA (American Marketing Association). (2011). Definition of brand. http://www.marketingpower.com/_layouts/Dictionary.aspx?d Letter=B. Diakses Juni 2021

Chrysochou, P. (2010). Food health branding: The role of marketing mix elements and public discourse in conveying a healthy brand image. Journal of Marketing Communications, 16(1-2), 69-85.

Glaister, K.W. and Falshaw, J.R. (1999), “Strategic planning still going strong”, Long Range Planning, Vol. 32 No. 1, pp. 107-16.

Helms, M. M., & Nixon, J. (2010). Exploring SWOT analysis–where are we now? A review of academic research from the last decade. Journal of strategy and management.

Keller, K. L. (2013). Strategic brand management: Building, measuring, and managing brand equity. Pearson.

Mullins, J. W., Walker, O. C., Boyd, H. W., & Larréché, J. C. (2013). Marketing management: A strategic decision-making approach (Vol. 151). New York: McGraw-Hill.

Panagiotou, G. (2003), “Bringing SWOT into focus”, Business Strategy Review, Vol. 24 No. 2, pp. 8-16.

Valentin, E. K. (2001). SWOT analysis from a resource-based view. Journal of marketing theory and practice, 9(2), 54-69.