PROJEK BRANDING: “SAVE ME”

Brand “SAVE ME oleh Desri Fatimah Natalia Tambunan, Mahasiswi Master of Strategic Marketing Communication Program Studi Magister Ilmu Komunikasi-BINUS Graduate Program, Dosen Pembina: Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M. Si. & Tim Pengajar

 Latar Belakang Project. Kesehatan mental merupakan hal penting yang perlu dijaga. Ini tidak hanya berlaku pada orang dewasa yang sedang produktif, anak-anak, remaja, bahkan orang lanjut usia pun harus peka dan sadar terhadap kesehatan mental. Di negara-negara maju sudah banyak cara pecegahan dan juga pengobatannya, berbeda dengan di Indonesia khususnya beberapa daerah yang dalam urusan kesehatan mental masih jauh dari memadai, dan cenderung bersifat primitif.

Minimnya informasi mengenai gangguan kesehatan mental membuat masyarakat masih menganggap bahwa masalah ini tidak dapat diselesaikan, sehingga tidak ada pengobatan yang dapat diberikan pada penderita gangguan kesehatan mental kecuali diasingkan atau dikucilkan yang terkadang caranya tidak manusiawi seperti mengurung di dalam sebuah kendang atau dipasung (Putri, Wibhawa, & Gutama, 2015).

            Orang dengan kesehatan mental yang prima dapat beraktivitas secara produktif dan menggunakan potensi yang dimilikinya dengan maksimal. Mereka juga akan mampu berpikir secara positif dan jernih ketika dihadapkan dengan berbagai persoalan. Hal ini akan menuntun dirinya untuk menjadi lebih baik dalam menyikapi masalah.

            Mental yang sehat juga baik untuk kehidupan sosial. Orang dengan mental yang sehat akan dapat berkomunikasi lebih baik, mudah bergaul, dan memiliki pertemanan yang sehat. Bahkan, mereka juga lebih mampu memberikan kontribusi yang baik pada komunitas atau orang-orang di sekitarnya.

            Belakangan ini, memang sudah lebih banyak orang yang sadar akan pentinganya Kesehatan mental, tapi banyak juga orang yang masih meremehkan atau bahkan menggunakan penyakit mental dan bantuan psikologis sebagai bahan lelucon/hinaan

            Tiap orang punya kondisi yang berbeda. Kita tidak bisa menyamakan kondisi semua orang. Tiap orang punya timeline dan cara yang berbeda untuk sembuh dari luka, trauma, atau untuk mengubah pola pikir. Cerita ke teman/keluarga tidak akan sama dengan seorang professional pasti memiliki pandangan yang lebih objektif dan netral.

            Kondisi mental yang sehat pada tiap individu tidaklah dapat disamaratakan. Kondisi inilah yang semakin membuat urgensi pembahasan kesehatan mental yang mengarah pada   bagaimana   memberdayakan   individu, keluarga, maupun komunitas untuk mampu menemukan, menjaga, dan mengoptimalkan kondisi  sehat  mentalnya  dalam  menghadapikehidupan sehari-hari (Ayuningtyas, Misnaniarti, & Rayhani, 2018)

            Penting untuk diingat, kesehatan mental merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dan harus dipelihara sebaik mungkin. Lakukan cara menjaga kesehatan mental yang telah dipaparkan di atas agar fisik, mental, emosi, dan kehidupan sosialmu senantiasa dalam kondisi yang baik.

            Jika kamu merasa mengalami tanda gangguan mental atau memiliki keluarga maupun kerabat yang memiliki masalah ini, jangan malu untuk meminta bantuan psikolog dan psikiater. Dengan penanganan yang tepat, gangguan mental akan bisa dikendalikan dan kamu pun bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas dan bahagia.

            Dengan disadari betapa pentingnya kesehtan mental saat ini, maka penulis pembuat suatu aplikasi yang bisa membantu orang lain dalam menghadapi Kesehatan mentalnya, tidak hanya sebagai pendengar, tetapi juga memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.

            Masa pendemi tentunya membuat orang khawatir jika keluar rumah atau bertemu dengan orang lain. SAVE ME merupakan aplikasi bidang jasa yang menawarkan jasa bantuan orang-orang professional di dalamanya. Mulai dari motivator, psikolog, sampai psikiater yang bisa diajak berkomunikasi tanpa bertemu. Aplikasi SAVE ME merupakan aplikasi jasa untuk Kesehatan Mental terbaru saat ini dengan fitur-fitur terbaru salah satunya bisa saling berbagi cerita antar pengguna aplikasi.

Tujuan Project. Tujuan dari project ini sebagai pembelajaran untuk menciptakan sebuah produk barang/jasa milik sendiri. Project ini memampukan kita untuk memikirkan elemen-elemen dalam sebuah brand dan juga bagaimana brand tersebut bisa dikenal oleh masyarakat. Tujuan aplikasi SAVE ME adalah sebagai metode baru dalam pengembangan komunikasi kesehatan serta membantu para pengguna aplikasi untuk bercerita tentang masalah dalam hidupnya terkhusus untuk Kesehatan mental. Dengan fitur-fitur terbaru seperti ruang bercerita sesame pengguna aplikasi, bisa bercerita dimanapun dan kapanpun, dan setiap hari menemukan tips dan trick terbaik dari pakar-pakar Kesehatan mental.

Object Branding / Project

 Gambar 1. Logo Save Me

Save Me merupakan suatu aplikasi terbaru dan terlengkap penyedia jasa konsultasi Kesehatan mental. Berikut adalah element dari branding aplikasi Save Me:

  1. Logo: “Save Me” diambil dari Bahasa Ingris yang berarti “Selamatkan Aku” sebagai deksripsi dari ketika mempunyai kesulitan soal masalah dalam hidupnya dan tidak punya jalan keluar dan berharap aplikasi ini bisa menyelamatkan atau mencari solusi untuk masalanya. Karena kita menyadari bahwa Kesehatan mental seseorang bisa menyebabkan orang sakit secara fisik bahkan sampai bunuh diri. Sesungguhnya banyak orang diluar sana yang masih belum menyadari bahwa dia sebenernya butuh pertolongan dikarenakan mental yang bermasalah.
  2. Slogan: “Im Here For Your Story” yang mengandung makna bahwa aplikasi ini dihadirkan untuk mendengarkan cerita kehidupan yang menyangkut tentang apa saja. Aplikasi ini bisa digunakan kapanpun dan dimanapun serta tentunya memberikan solusi dari jasa professional. Dan juga pengguna bisa bertemu teman-teman baru dalam forum diskusi yang bisa saja mengalami cerita yang sama sehingga cerita yang dibagikan bisa menemukan solusi Bersama.
  3. Karakter: Gambar 3 tangan dengan warna yang berbeda mengartikan bahwa semua manusia baik itu dari usia, gender, dan status pasti memilki masalah dalam kehidupannya. Seolah 3 tangan itu ingin menggapai sesuatu ke atas yaitu, bisa keluar dari masalah dalam hidupnya. Atau 3 tangan itu bisa juga dilihat ingin mengabil sesuatu dari bawah yang bisa diartikan sebagai para tenaga professional yang siap menyelamatkan pengguna dari masalah mentalnya

Target Market

Gambar 5 merupakan target market aplikasi Save Me yang di dominasi oleh remaja. Remaja yaitu penduduk rentang usia remaja adalah 10 sampai 24 tahun serta belum menikah. Alasan dipilihkan target market remaja karena saat ini semua rentan usia sudah memiliki gadget dan masa remaja merupakan masa peralihan yang banyak kesulitan dari mereka menentukan arah hidupnya. Bertemu dengan orang orang baru disekolah, atau penyesuaian dengan keadaan baru.

Di Indonesia sendiri, hasil Riskesdas 2018 menemukan bahwa prevalensi gangguan mental emosional remaja usia di atas 15 tahun meningkat menjadi 9,8% dari 6% di tahun 2013. Dalam survei KPAI, ditemukan bahwa kekerasan fisik yang dialami anak antara lain mencubit (39,8%), menjewer (19,5%), memukul (10,6%), menarik (7,7%). Anak menyebut pelaku kekerasan fisik, yaitu ibu sebanyak 60,4%, kakak/adik (36,5%), dan ayah 27,4%.  Dari sisi orang tua, sebanyak 32,3% ayah dan 42,5% ibu menyatakan melakukan kekerasan fisik. Bentuk kekerasan psikis yang sering dialami anak antara lain dimarahi (56%), dibandingkan dengan anak yang lain (34%), dibentak (23%), dan dipelototi (13%). Menurut anak, pelaku kekerasan psikis yaitu ibu sebanyak 79,5%, ayah 42%, dan kakak/adik 20,4%. Dari sisi orang tua, sebanyak 69,6% ayah dan sebanyak 73% ibu menyatakan melakukankekerasan psikis. Dari gambar diatas kita menyadari bukan tidak mungkin para remaja yang didominasi oleh pelajar untuk melakukan bunuh diri dikarenakan tidak ada tempat bagi mereka untuk memecahkan kesulitan yang sedang mereka hadapi. Oleh sebab itulah kemungkinan para remaja ini akan mencari tempat untuk bercerita pada orang yang dia rasa bisa dipercaya. Dan salah satunya menggunakan aplikasi konsultasi seperti aplikasi Save Me.

            Saat ini hidup melajang menjadi popular di Indonesia. Alih-alih mencari jodoh, saat ini usia dewasa (yang di dominasi perempuan) lebih memikirkan soal karir dan hidup sesuai dengan keinginan mereka. Pada survei yang dilakukan tahun 2017, mereka menemukan bahwa indeks kebahagiaan kaum lajang, alias jomblo, mencapai angka 71,53, lebih tinggi dibandingkan mereka yang menikah (71,09). Beberapa penelitian lain, seperti yang dilakukan Dmitry Tumin dari Ohio State University, AS, juga menunjukkan bahwa hidup melajang bisa lebih bahagia ketimbang menikah.

Dewasa dan belum menikah juga menjadi target market aplikasi ini. Saat ini masalah yang paling banyak dihadapi orang dewasa dan belum menikah adalah soal jodoh dan pekerjaan yang memang tidak bisa dihindarkan. Tentunya tidak sedikit orang yang mencibir seseorang jika sudah umur dewasa namun belum punya pasangan hidup. Tekanan dari keluarga dan orang sekitar bisa menjadi awal mula stress dan kepanikan soal masalah perjodohan. Selain masalah perjodohan masalah lain adalah soal pekerjaan di kantor atau yang usia dewasa yang belum mendapatkan pekerjaan.

            Target market yang terakhir adalah usia dewasa yang sudah menikah dengan persentase 25% lebih sedikit dibanding usia remaja dan dewasa yang belum menikah dengan alasan pada dasarnya jika sudah menikah sudah ada teman cerita. Namun pada kenyataannya tingkat perceraian dengan banyak factor terus meningkat setiap tahun di Indonesia.

 

Media Marketing

Media marketing untuk aplikasi ini adalah:

  1. Bimbingan Konseling Sekolah. Saat ini sudah hampir semua sekolah memiliki bimbingan konseling untuk siwa-siswinya namun dalam masa pendemi dan belum diperkenankannya untuk masuk ke sekolah maka aplikasi ini akan bekerja sama ke pihak-pihak sekolah untuk memberikan bimbingan konseling unntuk Kesehatan mental siswa-siswnya dari rumah. Jika siswa-siswi sudah mempunyai gadget pribadi maka disarankan untuk mendownload aplikasi ini dan jika dimungkinkan dibawah pengawasan orangtua.
  2. Universitas. Bimbingan Konseling tidak hanya dibutuhkan untuk anak dibangku SMP dan SMA, melainkan juga di bangku Univeritas. Maka aplikasi ini juga akan menjaga Kesehatan mental para mahasiswa lewat webinar, seminar, atau zoom. Dan nanti para mahasiswa akan mendownload aplikasi Save Me pada gadget mereka masing-masing.
  3. Media Sosial. Saat ini media sosial menjadi tempat yang paling strategis sebagai media marketing. Hampir semua orang menggunakan media sosial, oleh karena itu aplikasi ini juga akan secara aktif di media sosial membagikan informasi terkait aplikasi Save Me dan juga akan melakukan system repost untuk pengguna yang mengupload testimoni saat menggunakan aplikasi Save atau membagikan cerita mereka di laman media sosial aplikasi Save Me.

Kesimpulan. Kesimpulan yang bisa diambil dari project ini adalah :

  1. Aplikasi Save Me merupakan sebuah brand terbaru penyedia jasa konsultasi untuk Kesehatan mental yang sangat mudah untuk digunakan serta dapat membantu keseharian pengguna dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
  2. Aplikasi Save Me merupakan sebuah brand yang bisa menggunakan untuk menjalin relasi baik untuk Kerjasama pihak eksternal (contonya sekolah, universitas, dll) atau pihak internal yaitu sesame pengguna aplikasi.
  3. Aplikasi Save Me merupakah sebuah aplikasi komunikasi Kesehatan mental terlengkap yang didukung oleh jasa professional berpengalaman

 

References

Al Husain, A. H. (2020). Komunikasi Kesehatan Dokter dan Pasien Berbasis Kearifan Lokal Sipakatau di Masa Pandemi. Jurnal Ilmu Komunikasi.

Ayuningtyas, D., Misnaniarti, & Rayhani, M. (2018). ANALYSIS OF MENTAL HEALTH SITUATION ON COMMUNITYIN INDONESIA AND THE INTERVENTION STRATEGIES. lmu Kesehatan Masyarakat.

Junaedi, F., & Sukmono, F. G. (2018). Komunikasi Kesehatan : Sebuah Pengantar Komprehensif. Jakarta: Prenamedia Group.

Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan, dan Keterbukaan Masyarakat Terhadap Gangguan Kesehatan Mental). PROSIDING KS: RISET & PKM.

Winarti, Y., Hanum Hasibuan, A. K., Ananda, S. H., H. M., H. C., Dewi, N. S., . . . R. R. (2021). Komunikasi Kesehatan: Sebuah Tinjauan Teori dan Praktis. Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.