PROJEK BRANDING: “Chocrain”

Brand “Chocrain oleh Esther Suhana Abdurahim, Mahasiswi Master of Strategic Marketing Communication Program Studi Magister Ilmu Komunikasi-BINUS Graduate Program, Dosen Pembina: Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M. Si. & Tim Pengajar

 Latar Belakang

Berawal dari kecintaan penulis akan camilan berbahan dasar cokelat, penulis memiliki cita – cita dapat membuat dan mengkomersialkan produk yang penulis cintai. Dengan satu dan beberapa kendala yang penulis hadapi, maka sampailah penulis dipertemukan dengan mata kuliah Branding in Strategic Marketing Communication. Dimana, penulis dapat merealisasikan mimpi untuk bisa merilis sebuah camilan kukis brownies yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Produk camilan berbahan dasar cokelat akan diberikan sentuhan konsep yang berbeda dari pada biasanya. Kebanyakan orang – orang menikmati camilan hanya dengan secangkir kopi atau teh dan hanya dapat dinikmati di pagi hari. Mengapa di pagi hari? Karena di pagi hari orang – orang masih mendapatkan udara yang sejuk, mood yang baik, aktivitas yang masih minim dan lain sebagainya. Tapi, dengan hadirnya camilan berbahan dasar cokelat ini maka semua orang dapat menikmati camilan di tiap waktu, baik di Pagi hari, Siang hari, dan Sore hari. Penulis memberikan sentuhan baru pada camilan ini yakni menyertakan Playlist Card (kartu lagu) kepada setiap penikmat camilan berbahan dasar cokelat tersebut. Dikarenakan pada bulan Maret 2020 virus Covid-19 masuk pertama kali ke Indonesia dan membentuk sebuah kebiasaan baru, dimana masyarakat Indonesia lebih banyak beraktivitas di dalam rumah dan melakukan bermacam cara agar tetap ‘betah’ di rumah maka orang – orang yang Work From Home mulai mencari berbagai camilan yang dapat menemani dirinya selama beraktivitas di rumah.

Tidak cukup hanya ditemani camilan, penulis ingin membuat penikmat camilan ini dapat rileks dan tenang setiap kali menyantap camilan yang dibeli dari “Chocrain”. Ya, nama dari produk camilan berbahan dasar cokelat ini adalah Chockrain. Dimana, camilan ini berupa kukis dan di tiap kepingan kukis tersebut terdapat lelehan cokelat ditengahnya. Selain itu agar esensi dari ‘rileks’ tersebut dapat tercapai, maka penulis memberikan Playlist Card kepada setiap konsumen yang membeli produk ini. Nantinya, Playlist ini dapat dipilih secara langsung oleh pemesan ataupun dipilih secara acak dari penulis. Diharapkan dengan adanya alunan lagu atau dentunan melodi yang sesuai dengan suasana hati kostumer maka hari – hari yang dilewati akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.

Berbicara mengenai camilan, mengutip jurnal Childhood Obesity and Nutrition dengan judul “The Nutrient Density of Snacks: A Comparison of Nutrient Profiles of Popular Snacks Food Using the Nutrient-Rich Food Index” mengungkapkan bahwa orang Amerika menerima seperempat energi harian mereka dari makanan ringan (cemilan). Laporan Ilmiah Pedoman Diet 2015 menyatakan bahwa 96% populasi AS, pada usia 2 tahun setidaknya memakan satu camilan setiap hari dan mengkonsumsinya untuk sehari – hari minimal dua hingga tiga kali. Setelah penulis membaca dan mencari tahu mengenai kesehatan yang harus diperhatikan, maka penulis membuat produk ini pun jadi berhati – hati. Penulis mencari dan menentukan cokelat sebagai bahan dasarnya dengan selektif yang sangat tinggi. Mengapa penulis menentukan kukis brownies menjadi pilihan terbaik? Karena camilan brownies dapat dinikmati dan disukai oleh banyak orang, tentunya di masyarakat Indonesia. Jika diperhatikan brownies hamper dijual diseluruh gerai roti, coffee shop, dan restoran lainnya. Selain itu, brownies juga mudah untuk dibuat sendiri di rumah karena bahan dasarnya pun mudah ditemukan. Membuat Brownies hanya cukup membutuhkan tepung terigu, cokelat batang, cokelat bubuk, susu segar, mentega, telur, gula pasir, garam (opsional) dan baking powder. Cara memasaknya pun mudah, hanya disesuaikan dengan selera penikmatnya masing – masing.

 Tujuan Projek: Projek ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi nilai guna akademik, namun melatih penulis dalam berpikir kreatif. Dengan adanya mata kuliah Branding in Strategic Marketing Communication membuat penulis dapat mengasah pemikiran kritis yang penulis miliki. Dalam projek ini penulis juga diajak untuk belajar public speaking, dimana saat

 Unsur – Unsur Branding: Dalam unsur branding terdapat proses branding yang menjadi media pendukung pemasaran, antara lain nama merek, Logo, LogoType (Typography yang dipilih), Monogram, Visual dari packaging dan Desain kemasan. Nama merek yang dipilih untuk brand ini adalah “Chocrain”. Mengapa Chocrain? Choc dari penggalan kata chocolate dalam bahasa inggris yang memiliki arti cokelat. Rain mengandung arti hujan, jadi digabungkan menjadi satu nama merek yang unik yakni Chocrain. Chocrain memiliki arti filosofis yang unik karena pembuatnya ingin tiap kukis yang dibuat selalu memberikan kelimpahan cokelat yang akan disantap oleh penikmatnya. Selain itu, diharapkan dengan nama merek dan konsep branding yang dilakukan bisa menjadi inovasi baru untuk menyantap brownies. Pemilik brand ini ingin menjual sebuah inovasi yang mengedepankan creativity dan berangkat dari kreativitas tersebut, penyantap camilan dapat merasakan ngemil dengan cara yang unik.

           Selain itu, tujuan dari adanya konsep branding ini adalah memberikan sentuhan “berbeda” dan bisa menjadi teman sejati semua orang yang membutuhkan. Karakteristik yang dimiliki “Chocrain” adalah camilan yang bisa menjadi sahabat setia di kala menyeruput secangkir teh dan segelas kopi. Chocrain memiliki tekstur renyah nan crispy yang bisa menjadi santapan di setiap waktu. Aroma coklatnya yang memikat hati membuat penikmatnya tak henti – henti menyantapnya.

Di atas merupakan gambar logo dan typography yang dipilih untuk brand Chocrain. Penulis memilih warna pastel yang sedang tren di masa kini dan memiliki sebuah makna di dalamny. Dalam Psychology in Branding menunjukkan bahwa pemilik Chocrain memilih warna “Purple/Pink” yang memiliki makna creative, wise dan imaginative. Di sini pemilik merek ini ingin mengedepankan kreativitas. Tidak hanya menjual sekadar camilan, namun bisa memberikan pembeda antara camilan penulis dengan camilan lainnya, Chocrain selalu peduli terhadap emosi dan tekanan yang dimiliki tiap orang, maka dari itu jalan keluar dari permasalahan dapat digambarkan dengan mendengar sebuah lantunan melodi atau sebuah lagu yang bisa menemani penyantap dalam meredakan emosinya. Kemasan yang akan penulis gunakan ada tiga desain, yakni single paper yang nantinya hanya akan memuat satu kukis, lalu kotak yang terbuat dari karton ramah lingkungan dan kotak yang lebih cantik dengan menggunakan kertas mika di atasnya serta pita yang cantik dan biasanya kotak ini digunakan untuk hampers atau hadiah.

Selain itu, penulis juga sudah memikirkan konsep dan desain menu yang akan dipublikasikan ke sosial media yang dibuat untuk mempromosikan merek Chocrain, berikut adalah gambar menu dari Chocrain.

 Playlist Card yang nantinya akan diterima oleh penikmat camilan ini juga sudah dipikirkan dengan matang sedari awal. Kartu tersebut akan berisi judul lagu yang bisa dipilih oleh konsumen atau sudah ditentukan oleh pemilik Chocrain, lalu terdapat sebuah barcode yang dapat discan oleh penikmatnya sebelum menyantap camilan tersebut. Sesudah memberikan desain logo, typography, kartu playlist, desain kemasan dan lainnya. Maka tim Chocrain akan memikirkan strategi apa saja yang tepat agar merek ini bisa dikenal oleh konsumen dalam waktu yang singkat.

Target Market: Target market Chocrain ditentukan karena untuk membentuk pangsa target market yang memiliki karakteristik yang mirip, termasuk dengan geografi pembelian, daya beli dan pendapatannya. Mengidentifikasi target market sangat penting untuk kesuksesan sebuah produk yang akan dijual-belikan ke masyarakat luas. Karena produk yang dijual tidak akan sukses apabila tidak memikirkan kepada siapa produk tersebut akan dijual. Karena hal ini penting untuk menentukan kelanjutan dari produk dari bisnis yang penulis miliki. Produk Chocrain akan dijual melalui toko offline dan online. Toko Offline dapat ditemui di daerah Tangerang dan dapat diantarkan ke rumah kostumer dengan minimum pemesanan. Pengiriman di luar Tangerang akan memanfaatkan ojek online seperti Go-Jek dan Grab. Produk kukis brownies ini juga dapat dibeli melalui E-commerce dengan cara online seperti Tokopedia, Shopee, Go-Food, Grab-Food, Shopee Food. Kostumer juga dapat membeli melalui sosial media yang dimiliki oleh Chokrain yakni di Instagram melalui fitur Instagram Bisnis dan TikTok melalui Official Store TikTok.

Tools/Media Marketing

Teknologi sudah semakin canggih, maka dari itu apabila produk ingin dikenal oleh masyarakat maka pemilik dari produk tersebut harus cerdas memanfaatkan sosial media dan tren yang sedang booming. Dengan demikian, penulis memikirkan untuk memanfaatkan sosial media Instagram. Penulis akan memberikan konten – konten menarik setiap harinya untuk menatik perhatian publik dan calon pembeli. Selain itu, penulis juga akan mengoptimalisasikan iklan (Ads) agar jangkauan dari produk Chocrain lebih luas lagi.

Instagram ini baru saja dibuat satu bulan dan sudah mendapatkan 146 pengikut serta rata – rata likes dari konten Chocrain adalah 200 likes. Di kemudian hari, tim Chocrain akan membuat konten yang lebih menarik seperti mini games, kuis, giveaway, cara order, cara request kartu playlist, dan fakta – fakta perihal camilan dan cokelat. Selain sosial media Instagram, tim Chocrain juga akan membuat sosial media TikTok. Nantinya, TikTok Chocrain akan berisikan informasi atau proses pembuatan kukis dan profil dari tim dibalik pembuatnya kukis Chocrain. Maksud dan tujuan dari adanya ide tersebut agar adanya transparansi antara pembuatan kukis kepada pelanggan. Apabila pelanggan melihat cara pembuatan kukis yang akan dipesannya bersih dan menggunakan protocol kesehatan yang optimal, maka calon pembelli tidak akan berpikir panjang untuk order kukis yang dijual oleh Chocrain. Selain itu, calon konsumen dapat membeli produk ini di Grab-Food, Go-Food, Shopee Food.

Kesimpulan. Produk Chocrain merupakan produk camilan berbentuk kukis cokelat yang bisa menjadi alternatif lain bagi orang – orang yang sedang memiliki masalah, mood swing (perubahan kondisi hati yang cukup sering), memiliki keterbatasan mengungkapkan perasaannya menggunakan kata – kata dan cara unik untuk menyantap camilan dengan cara yang unik. Kehadiran Chocrain diharapkan dapat memberikan rasa dan nuansa yang berbeda dari penyantapnya, serta dari produk ini akan banyak perasaan – perasaan yang dapat terungkapkan. Dengan persaingan harga yang sengit, diharapkan Chocrain juga menjadi salah satu pilihan untuk seluruh kalangan masyarakat dapat mencicipi camilan yang sedang tren di tengah masyarakat. Akan ada banyak anak – anak yang senang dihadiahkan sebuah kukis dengan isi cokelat yang berlimpah tanpa mengesampingkan kesehatan. Chocrain akan memikirkan cokelat apa yang cocok dan pas untuk disantap oleh orang – orang yang memiliki Riwayat kesehatan diabetes. Karena produk kukis ini lagi – lagi ingin bisa dirasakan oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali.

DAFTAR REFERENSI

Brakus, J.J., Schmitt, B.H & Zarantonello, L. (2009). Brand Experience: What is it? How is it Meassured? Does it Affect Loyalty? Journal of Marketing, 73.

Gelder, S. (2005). Globan Brand Strategy. Kogan Page London.

Julie Hess, BA, Goutham Rao, MD, and Joanne Slavin, PhD, RD. (2017). The Nutrient Density of Snacks: A Comparison of Nutrient Profiles of Popular Snack Foods Using the Nutrient-Rich Foods Index. SAGE journals, 2.

Philip Kotler & Gary Armstrong. (2008). Principles of Marketing twelfth edition. London: Pearson Education Ltd.

Rita Clifton and John Simmons, Sameena Ahmad, Tony Allen, Simon Anholt, Anne Bahr Thompson, Patrick Barwise, Tom Blackett, Deborah Bowker, Chuck Brymer, Deborah Doane, Kim Faulkner, Paul Feldwick, Steve Hilton, Jan Lindemann, Allan Poulter, Shaun Smith. (2003). BRANDS AND BRANDING. London: Profile Books Ltd.

Rofikul A’la, N. Rachma, M. Hufron. (n.d.). Analisis Brand Experience dan Brand Commitment Terhadap Brand Loyalty. e – Jurnal Riset Manajemen.

Rohit Ashok Khot, Deepti Aggarwal and Jung-Ying (Lois) Yi, Daniel Prohasky. (2021). Guardian of the Snacks: Toward designing a companion for mindful snacking. MULTIMODALITY & SOCIETY, 2-3.

Schultz,D.E. & Barnes, B.E. (1999). Strategic Brand Communication Campaign. Illionis: NTC Bussiness Books.

Soner Polat, Caglar Celik, and Yildiz Okcu. (2019). School Administrators’ Perspectives on Teachers From Different Generations: SWOT Analysis. SAGE Open, 4.

Syafnidawaty. (2020). LITERATURE REVIEW. Universitas Raharja, 1.