Projek Branding: Jilbab PUCHSCARF

Brand “Jilbab PUCHSCARFOleh Fulshah Chohan, Mahasiswi Master of Strategic Marketing Communication Program Studi Magister Ilmu Komunikasi (MIK)-BINUS Graduate Program, Dosen Pembina: Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M. Si & Tim Pengajar.

Latar belakang: Puchscarf didirikan pada bulan September tahun 2019 dengan pertimbangan melihat perkembangan fashion wanita muslimah pada zaman ini yang dimana wanita berjilbab dan  berpakaian baju muslim sangat banyak baik dikalangan anak muda sampai dengan wanita dewasa sehingga kata “hijabers” mulai menjadi trending fashion. Dulu wanita berjilbab masih sangat jarang tetapi di era 20an ini trending wanita berjilbab semakin marak dan dengan pertimbangan pasar penjualan jilbab juga cukup bagus saat ini. Sehingga tercetuslah keinginan untuk membuat brand jilbab sendiri yaitu “Puchscarf”. Perempuan – perempuan berjilbab pastinya ingin selalu terlihat maksimal disetiap kesempatan, agar selalu terlihat trendy namun tetap modest tidak kalah trendy dengan wanita yang tidak berjilbab. Sehingga mulai maraklah merek-merek produk lokal baju muslim dipasaran yang tidak kalah kualitasnya dengan produk internasional.  Melihat pasar fashion dimana para designer menggunakan namanya tidak hanya sebagai personal brandingnya tetapi juga sebagai branding produk jilbabnya seperti Ria Miranda dengan brandnya “Ria Miranda” , Dian Wahyu Utami dengan brandnya “Dian Pelangi” dan Nanida Jenahara Nasution dengan brand nya “Jenahara” , oleh sebab itu penulis selaku pemilik (founder) brand jilbab ini walaupun bukan seorang designer tetapi memiliki mimpi ingin menjadi designer suatu saat nanti memutuskan untuk menggunakan nick name (nama panggilan) sebagai brand jilbab yang penulis ciptakan dengan harapan suatu saat nanti akan tumbuh besar dan berkembang pesat. Dan juga dapat memajukan brand image brand lokal Indonesia diranah internasional. Kebetulan nama panggilan penulis adalah Puca kemudian saya singkat kembali dengan nama “Puch” dan “ Scarf” adalah artinya penutup kepala wanita dalan bahasa inggrisnya. Sehingga terlahirlah nama brand “Puchscarf”. Trending berjilbab saat ini pun sudah mulai berubah sebelumnya banyak orang hanya menggunakan jilbab polos dengan bahan sederhana seperti paris, sekarang sudah banyak berubah baik dari segi bahan dan model jilbab yang sebelumnya hanya model polos dengan berbagai warna dan hanya menggunakan bahan paris sekarang mulai berubah dengan  model jilbab printing dengan pinggiran jahit tepi dan lasercutting. Untuk bahan juga tidak hanya bahan paris saja yang digunakan ada bahan voal ultrafine dan voal superfine, polycotton, wollcrepe, pleats sampai dengan bahan jilbab waterproof (tahan air) sehingga jika digunakan untuk ber-wudhu jilbab ini tidak basah. Dengan banyaknya variasi dari produk jilbab ini sehingga dapat menumbuhkan minat pembeli untuk memiliki jilbab yang bervariasi, dimana jilbab yang bervariasi itu meningkatkan kreatifitas dunia fashion dan membuka banyak target market untuk produk lokal. Dan untuk pembeli pun variasi yang ada ini dapat dimanfaatkan untuk mix and match pakaiannya sesuai dengan kebutuhannya.

Tujuan Project: Selain untuk memenuhi kurikulum penilaian project pada mata kuliah Branding in Strategic Communication saya juga ingin memajukan penjualan produk jilbab dengan merek “Puchscarf” ini dalam pangsa pasar penjualan merek lokal produk Indonesia dengan harapan suatu saat nanti bisa masuk ke pasar internasional. Dan dapat membesarkan lini produk tidak hanya dalam bentuk jilbab atau kerudung wanita saja, tetapi bisa merambah ke produk fashion lainnya seperti baju muslim wanita dan laki-laki serta baju muslim anak-anak. Dengan adanya mata kuliah project branding ini sangat membantu penulis dalam memberikan perspektif baru dalam strategi penjualan produk jilbab masa kini yang penulis harus terus berinovasi agar dapat selalu mengikuti trend fashion saat ini.

Elements of Branding:
Brand Name:
Nama brand ini diambil dari nama founder / penemu merek jilbab ini yaitu penulis sendiri dengan mengambil nama panggilannya sebagai nama brand dalam produk jilbab ini. Dimana nama panggilan penulis adalah Puca kemudian disingkat kembali dengan nama “Puch” dan “ Scarf” adalah artinya penutup kepala wanita dalam bahasa inggris sehingga terlahirlah nama brand “Puchscarf”. Nama ini dibangun dengan harapan dapat memajukan penjualan dan menciptakan personal branding untuk pemiliknya juga.

Logos dan symbol: Logo dari merek brand “Puchscarf” ini cukup simple hanya menggunakan font nama kecil pemiliknya ditambahkan dengan “scarf’ yang menunjukan simplicity atau kesederhanaan. Kesederhanaa adalah sesuatu untuk dimiliki, sesuatu yang mudah dipahami dan tidak rumit. Dalam beberapa hal kesederhaan dapat digunakan untuk mengartikan kecantikan, kemurnian atau kejelasan yaitu memfokuskan diri pada hal – hal yang lebih penting dan mengabaikan atau menghindari hal – hal yang kurang penting. Kemudian pada nama brand ditambahkan warna pink atau merah muda yang adalah simbol warna untuk wanita adalah merah muda. Logo untuk merek ini dibikin 2 macam yaitu 1 logo untuk dipasangkan di material produk jilbab iu sendiri dan 1 logo untuk dipasang di sosial media seperti facebook dan instagram. Seperti yang kita ketahui untuk penjualan produk saat ini sangat wajib harus memiliki konten sendiri di sosial media untuk melakukan promosi penjualan dan penjualan produk itu sendiri.

 

Slogan: Wear Your Daily Hijab Outstanding. Sebagai kaum wanita yang berhijab kemanapun kita berpergian atau beraktifitas seharusnya selalu memakai outfit / setelan pakaian yang bagus dalam kondisi apapun sehingga membuat orang – orang disekitar kita secara tidak langsung terpana melihatnya, seyogyanya wanita dalam berpakaian yang rapih, cerah, fashionable / mengikuti tren fashion yang ada dengan begitu secara langsung akan membangun kepercayaan diri terhadap wanita itu sendiri “ I have always believed that fashion was not only to make woman more beautifull, but also to reassure them, give them confidence.” – Yves Saint Laurent. Yang artinya adalah fashion tidak hanya membuat penampilan berbeda, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri.

Packaging: Untuk packaging produk jilbab “Puchscarf”ini selain plastik yang juga berwarna pink atau merah muda founder juga memberikan tas kecil cantik yang serbaguna terbuat dari bahan kain blacu yang dapat ditutup rapat dengan resleting diatasnya dan dapat dicuci beberapa kali. Tas ini dapat digunakan sebagai tas penyimpanan jilbab tersebut atau dapat digunakan untuk keperluan lainnya. Tas serbaguna ini berwarna putih dengan diberikan logo “Puchscarf” berwarna merah muda didepannya.

Tools / media marketing:

  1. Media Sosial : Instagram, Facebook, Whatsapp
  2. Marketplace : Shopee, Tokopedia, Bukalapak, blibli, Jdid, dll
  3. Words of Mouth
  4. Endorse Influencer atau Artis atau selebgram.

Strategi Branding: Perekonomian menurun drastis sejak pandemi virus Covid19 ini, maka pemilik perlu memperhatikan dan mengembangkan strategi branding produk yang baru untuk menyesuaikan dengan kondisi New Normal saat ini. Sektor perekonomian sejak pandemi ini merebak mengalami pukulan telak. Indonesia sendiri menghadapi situasi ini dimana perekonomian tiarap hanya dalam hitungan hari. Menyambut kondisi New normal ini maka pemilik melakukan pembaharuan terhadap strategi branding produk dalam kondisi new normal saat ini:

  1. Terhubung dengan media sosial. Media sosial menjadi salah satu andalan untuk berbisnis dalam kondisi new normal ini sebab memungkinkan proses beriklan dapat dijangkau oleh pelanggan yang ada dimana saja. Ya, pemilik memutuskan untuk lebih banyak melakukan iklan melalui media sosial. Jadi membangun akun media sosial secara baik dan profesional agar tetap dapat terhubung dengan pelanggan. Meskipun media online yang memfasilitasi pebisnis untuk terhubung dengan pelanggan bukan hanya media sosial, media sosial sangat populer dan menjadi salah satu situs yang banyak dikunjungi oleh pengguna internet, khususnya selama isolasi ditengah pandemi. Sehingga kesempatan iklan dan akun terlihat oleh pelanggan semakin besar dibanding media online lainnya.
  2. Bisa ditemukan secara online. Kebijakan isolasi selama pandemi, seperti social distancing di Indonesia membuat pola konsumsi masyarakat berubah. Kebanyakan beralih dari transaksi offline ke online yang lebih aman. Sehingga memastikan produk dapat ditemukan secara online oleh pelanggan menjadi hal krusial, yaitu melalui halaman Instagram “Puchscarf” dan Homepage di facebook serta tersedia juga di market place seperti Shoppee.
  3. Memberi penawaran menarik. Puchscarf seringkali memberikan penawaran – penawaran menarik seperti potongan harga pada event – event tertentu seperti misalkan hari kemerdekaan 17 Agustus ada potongan harga sebesar 17 persen, di tanggal 11 November potongan harga sebesar 10 persen dan di tanggal 12 Desember (12.12) potongan harga sebesar 12%. Selain itu juga di penjualan normal apabila pembeli membeli jilbab minimal 3 buah akan mendapat harga khusus yaitu harga reseller. Mengapa hal ini dilakukan agar dapat menarik minat pembeli, dikarenakan pembeli saat ini cenderung lebih selektif dalam berbelanja jika tidak ada penambahan penawaran yang menarik maka akan sangat sulit menjual produk tersebut.
  4. Quality control. Memegang teguh kepercayaan pembeli, barang yang akan dikirim harus melalui hasil cek quality control yang baik dan dipastikan sampaikan ketangan pelanggan sesuai dengan keinginannya.
  5. Komunikatif. Dapat dihubungi dengan mudah oleh pembeli, dapat memberikan solusi yang baik dalam memilih bahan, model dan warna sesuai keinginan dan kebutuhan pembelinya.
  6. Handal dan terpercaya. Menjaga kualitas barang sesuai dengan kebutuhan pembeli dan jujur atas design yang diberikan ke pembeli adalah design milik sendiri atau design dari brand lain disampaikan secara terbuka.

Kesimpulan: Produk jilbab dengan merek “Puchscarf” ini mulai berdiri ditahun 2019 baru berjalan 1 tahun ini. Produk jilbab ini memiliki target pasar yang tersegmentasi yaitu kaum wanita saja dikarenakan hanya kaum wanita yang menggunakan jilbab sebagai penutup kepalanya dan hanya wanita muslimah yang mengenakan jilbab atau kerudung, walaupun begitu untuk penjualan jilbab “Puchscarf” ini cukup berjalan dengan baik, dalam waktu satu tahun ini penjual sudah berhasil menjual diatas 100 pieces jilbab dengan merek “puchscarf”ini. Kemudian pemilik berusaha melakukan inovasi dalam penjualan jilbabnya dengan cara membuat jilbab motif dengan cara di printing dengan design eksklusif milik “Puchscarf” sendiri. Produk jilbab “Puchscarf” ini menggunakan bahan jilbab yang berkualitas sehingga pembeli yang memakai jilbab ini akan sangat nyaman menggunakannya dalam beraktifitas sehari-hari nya. Untuk penjualan jilbab ini dilakukan melalui media social Instagram dan market place Shoppee. Untuk tehnik marketing penjualannya pemilik menggunakan beberapa endorse selebram untuk mempromosikan produk jilbab ini dan penawaran – penawaran ke rekan pemilik dan melalui testimoni – testimoni atau words of mouth para pembelinya. Sejauh ini produk penjualan jilbab “Puchscarf” ini berjalan dengan baik, kedepannya pemilik ingin agar dapat menambahkan produk penjualannya selain jilbab dapat mulai merambah kearah pakaian muslim.