Lezat rasanya, Tepat sasarannya. Cookies sebagai alat marketing communication.

 

By: Irmawan Rahyadi, S.Sos., Mgr., PhD.

Pengguna Internet belakangnya ini sering diganggu dengan pop-up yang berisi permohonan pengelola laman agar menerima cookies yang mereka kirim ke komputer atau alat kita. Apa sebenarnya cookies ini? Dan apa dampaknya bagi konsumen dan produsen konten digital juga bagi praktisi komunikasi?

Cookies adalah pesan teks yang dikirim oleh laman yang kita kunjungi yang berisi data kita. Data ini kemudian dilanjutkan ke web server untuk menjadi dasar bagi akses berikutnya dari ip yang sama. Jika kita pernah membuka laman yang kita sering kunjungi dan laman tersebut menyapa kita dengan nama kita, ini adalah salah satu contoh ketika cookies bekerja dengan baik. Di wilayah marketing communication, cookies ini dapat berguna bagi pemasaran sebagai alat mengenal target khalayak.

Mari kita kembali ke pendapat Profesor Philip Kotler yang pernah menyatakan bahwa keberadaan marketing bukan hanya mempengaruhi gaya hidup, bahkan marketing menciptakan gaya hidup. Cookies menjadi keseharian dari konsumen dan produsen konten digital di media Internet. Betapa mengesalkannya jika setiap kita buka aplikasi atau laman tertentu kita harus selalu mengetik data kita kembali. Di lain pihak betapa memudahkannya, tehnologi mobile devices yang memungkinkan kita membeli barang hanya dengan mengarahkan kamera telepon pintar kita dan menganggukan kepala kita kearahnya. Ide dasar dari cookies yang menyimpan data kita dan memanfaatkannya ketika kita kembali ke laman tersebut, mempunyai niatan yang sama yaitu mempermudah pengguna Internet.

Marketing Communication dimulai dari mengenal dengan cermat pengguna Internet agar dapat dicocokkan dengan agenda komunikasi sebuah produk, jasa, ide, atau konsep yang ingin disampaikan. Cookies adalah jembatan mengenal konsumen di ujung klik sebuah mouse. Data pribadi seperti umur, jenis kelamin, lokasi dan minat individu pengguna Internet data diangkat dari cookies. Jenis yang lebih rumit dapat dengan cermat menyimpan perilaku kita di laman tersebut, perilaku kita di mesin pencari dan perilaku kita di media sosial. Dalam buku “Strategic Integrated Marketing Communication” dijelaskan bahwa pengenalan akan target khalayak terletak di tahapan awal dimana jelas berhasil mengenal target khalayak dengan baik akan menghasilkan kampanye komunikasi yang berhasil baik.  Jika pencipta kampanye komunikasi dapat memahami bagaimana proses pengambilan keputusan di pasar oleh pengguna Internet maka data ini akan sangat bermanfaat bagi rencana komunikasi pemasaran.

Pengenalan akan target khalayak selezat ini akan menentukan pemilihan media yang paling efektif dalam kampanye yang akan diluncurkan dan pesan konsisten seperti apa yang perlu dirancang. Disinilah letak kepentingan pengenalan target khalayak. Dalam konsep traditional, target khalayak masih terbatas pada profil demografis. Cookies memberikan kemungkinan pemasar dan komunikator mendapatkan akses ke data lebih dari profil semacam ini. Konsep profil target khalayak “psychografic” menjadi kebutuhan yang dapat meningkatkan daya saing sebuah kampanye pemasaran dan kampanye komunikasi. Deskripsi gaya hidup dapat digambarkan dari data cookies yang di kirimkan dari komputer pribadi. Data ini bukan hanya laman favorit yang sering kita kunjungi, tetapi juga mencakup perilaku dan sikap terhadap gaya hidup tertentu. Kebutuhan dan motivasi menggunakan platform tertentu juga dapat dikumpulkan dari cookies.

Literasi Netizen belakangan ini meningkat seiring dengan pemerintah dan pembuat regulasi yang menghargai hak data privasi masaing-masing individu. Perkembangan terbaru, 86% perusahaan di Eropa memindahkan pengelolaan belanja medianya ke divisi in-house perusahaan mereka. Hal ini menunjukan keingginan perusahaan ini untuk mengikuti aturan GDPR (General Data Protection Regulation) yang mengharapkan setiap perusahaan yang memiliki aset Internet melindungi data konsumennya. Pertimbangan yang masuk akal karena, perusahaan lebih baik mengelola data konsumennya sendiri yang dapat mereka kontrol sendiri. Cookies yang kumpulkan dari laman resmi perusahaanya mereka lebih baik dikelola sendiri dibandingkan diserahkan kepada perusahaan lain untuk mengelolannya.

Perkembangan komunikasi dan tren terkini dalam inovasi perusahaan seperti diatas akan dibahas lebih dalam lagi dalam perkuliahan di Magister Ilmu Komunikasi – Binus Graduate Program.

 

Penulis: Irmawan Rahyadi, S.Sos., Mgr., PhD. (Lecture Specialist)

Irmawan Rahyadi, PhD.